BCN Indonesia – Harga minyak mentah dunia naik pada panutupan perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah Rusia menerima lebih banyak sanksi dari berbagai negara karena invasi yang dilakukan ke Ukraina. Investor mulai memperhitungkan dampak sanksi baru terhadap Rusia.
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (1/3/2022), harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak April 2022 naik 3,06 dollar AS menjadi di level 100,99 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS naik 4,13 dollar AS menjadi di level 95,72 dollar AS per barrel.
Sanksi SWIFT, putus Rusia dari sistem keuangan global
AS dan sekutunya negara-negara Eropa telah memberikan sanksi baru dengan membuat bank-bank di Rusia dikeluarkan dari Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), sistem pembayaran untuk sebagian besar transaksi keuangan internasional.
Hal ini dilakukan untuk membuat bank-bank Rusia terputus dari sistem keuangan global, sehingga akan mempersulit bisnis ekspor-impor atau menerima pembiayaan dari luar negeri. Sanksi ini dinilai berat sebab berada di jantung sistem perbankan.
Sanksi ke Rusia berpotensi kacaukan perdagangan energi dunia
Meski sanksi tak menargetkan pasokan energi Rusia, namun investor tetap khawatir sebab sanksi itu dinilai berpotensi membuat perdagangan energi menjadi kacau. Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia. Negara yang dipimpin Vladimir Putin ini memproduksi sekitar 10 persen dari pasokan minyak global, atau sekitar 10,5 juta barel per hari.
Selain itu, Rusia juga merupakan pengekspor utama gas alam, terutama ke Uni Eropa.
“Ada terlalu banyak risiko besar pada minyak, yang juga mencakup risiko nuklir (potensi Rusia menyerang dengan nuklir), dan kemungkinan harga minyak mentah pun akan meroket lagi,” kata Ed Moya, Analis Pasar Senior di Oanda.
Di sisi lain, harga minyak mentah dunia juga naik di tengah kabar bahwa AS dan sekutunya sedang mempertimbangkan untuk memanfaatkan cadangan minyak mentah strategis guna mengatasi rendahnya pasokan minyak global. Rencananya sekitar 60 juta barrel minyak mentah dari stok darurat akan dikeluarkan.